Untuk mewujudkan cita-cita lama pemerintah Indonesia, memberikan bukti kemajuan pesat dalam ekonomi nasional, serta menjadi negara yang bebas dari pengaruh asing, Indomobil Group merupakan salah satu perusahaan yang beberapa kali mencoba menciptakan mobil nasional (mobnas) antara lain:
1.Inti Mobil
Calon mobnas ini dirancang oleh Indomobil Group pada tahun 1980-an, dengan menggunakan bodi yang dibuat dari fiberglass yang dilengkapi dengan mesin 1.000cc buatan lokal.
Desainnya adalah hasil modifikasi Carry, truk mini (pick up) buatan pabrik mobil Suzuki di Jepang, yang juga diproduksi di Indonesia oleh Indomobil group.
Namun “Inti Mobil” gagal direalisasikan karena Indomobil diminta membayar biaya administrasi senilai US$ 5 juta oleh pabrik mobil Suzuki di Jepang.
2.Mobil Roda Tiga buatan Indonesia
Beberapa tahun kemudian setelah gagal memproduksi Inti Mobil, Indomobil mencoba membuat mobnas lagi.
Kali ini bekerjasama dengan Reliant Motor Company, perusahaan otomotif dari Inggris yang merancang dan memproduksi mobil kecil beroda tiga dengan merek Reliant Robin.
Bukan sekedar mobil biasa, Reliant Robin dalam sejarah otomotif tercatat sebagai mobil fiberglass terpopuler kedua setelah Chevrolet Corvette.
Namun, indomobil kembali gagal karena prinsipal Reliant Robin mensyaratkan biaya administrasi yang nilainya juga sangat besar.
3. Mobil Rakyat (Mobira)
Dua kali mengalami kegagalan, tidak membuat Indomobil Group berhenti untuk merancang Mobnas. Kali ketiga ini Indomobil Group ingin membuat mobnas sebagai mobil penumpang jenis sedan dengan bodi monokok yang nyaman dikendarai.
Konsep ini memang berbeda dengan mobnas lain yang telah dibuat di Indonesia seperti: Kijang, Morina, Datsun Sena, Volkswagen Mitra dan Holden Lincah, yang menggunakan sasis atau rangka kendaraan dari dua balok panjang yang sejajar simetris, kemudian dihubungkan oleh balok-balok melintang membentuk kerangka seperti tangga (ladder frame).
Indomobil group sangat percaya diri bisa membuat mobnas yang berbeda, karena sudah memiliki modal berupa mesin yang diproduksi sendiri di Indonesia, Indomobil Group hanya membutuhkan bodi monokok saja.
Namun jika merancang dan membuat sendiri ternyata membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Solusinya adalah dengan menggunakan cetakan (moulding) dari mobil sudah diproduksi secara massal.
Indomobil Group kemudian bekerjasama dengan Mazda, untuk melakukan modifikasi pada desain salah satu mobil produksinya yang populer dan memiliki banyak varian.
Hasilnya diberi nama Mobil Rakyat (Mobira), yang produksinya ditangani oleh perusahaan baru yaitu PT Mazda Indonesia Manufacturing (MIM) yang dibentuk oleh 3 perusahaan yaitu Indomobil, Mazda Motor Corporation dan Sumitomo Trading Corporation.
Perusahaan ini kemudian membangun pabrik senilai Rp 60 miliar di kawasan Tambun, Bekasi.
Pada bulan April 1990 pabrik ini mulai memproduksi mobnas yang diberi nama MR (Mobil Rakyat) 90 (1990-an).
DESAIN BODI MR90
Mobnas versi Indomobil group ini sesungguhnya dirancang untuk mengatasi kelemahan rangka model Ladder frame seperti:
- Berat, sehingga boros bahan bakar.
- Ruang kabin terbatas.
- Handling kurang presisi.
- Kurang stabil, terutama saat berbelok atau menghadapi tikungan tajam.
- Rentan limbung (body roll), karena mobil dengan rangka ladder frame ground clearance-nya tinggi.
- Kurang aman, karena rangka ladder frame tidak dilengkapi konstruksi crumple zone yang berfungsi meredam benturan saat terjadi kecelakaan.
Basicnya adalah modifikasi desain bodi Mazda 323 yang memiliki beberapa sebutan yaitu Mazda Protegé, Mazda Allegro, Mazda GLC di Amerika Utara dan Mazda Familia (Jepang: Matsuda Famiria ).
Mazda 323 Generasi ketiga (FA4) produksi tahun 1977-1980 dipilih karena modelnya sangat populer dan banyak diminati oleh konsumen berusia muda di jepang dan negara lainnya. Selain itu desain bodi mobil ini juga masih menggunakan penggerak roda belakang,
Oleh sebab itu penampakan MR90 sekilas memang mirip dengan Mazda 323. Akan tetapi jika diperhatikan lebih detail ada beberapa perbedaan pada beberapa bagian yaitu:
- Bentuk headlamp yang memanjang lebih mirip dengan Mazda 626 GC, dibandingkan dengan Mazda 323 Familia yang masih menggunakan headlamp berbentuk bulat/kotak.
- Dilengkapi dengan aksesoris yang berfungsi untuk mempercantik dan melindungi eksterior (garnish) pada bagian belakang. Aksesoris ini tidak ada pada Mazda 323.
- Bumper depan dan belakang menggunakan material plastic yang lebih modern, sedangkan Mazda 323 mengandalkan bumper besi berlapis chrome dengan ujung karet.
MESIN MR90
Untuk mesinnya, sama persis dengan mesin buatan Mazda dengan kode UC. Mesin 4 silinder segaris OHC 8 valve tersebut memiliki kapasitas 1400cc yang dilengkapi dengan sistem pengapian platina dan pemasok bahan bakar berupa karburator, untuk menghasilkan tenaga sebesar 69Hp pada 5700Rpm dan torsi 112Nm pada 3200Rpm.
Untuk menyalurkan tenaga mesin keroda belakang, digunakan transmisi manual 5 percepatan.
KEGAGALAN MR90
Namun rencana Indomobil Grup untuk menjadikan MR90 sebagai Mobil Nasional lagi-lagi mengalami kegagalan.
Karena tergolong mobil penumpang dengan bentuk sedan, pemerintah tidak mau memberikan keistimewaan sebagai mobnas.
MR90 harus tetap membayar PPnBM (pajak Penjualan atas Barang Mewah) sebesar 30%. Akibatnya, harga jual MR90 terlalu tinggi.
Sebagai perbandingan, dengan fitur yang hampir sama yaitu Air Conditioning, tanpa Power Steering dan Power Window, harga jual Toyota Kijang hanya Rp18 juta, sedangkan MR90 paling murah harganya Rp20 juta.
Meski hanya selisih 2 juta rupiah, sangat besar karena nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pada saat itu adalah 1.842.
Meski Indomobil Group telah melakukan berbagai usaha untuk mempopulerkannya, mulai dari memasang iklan di berbagai media cetak dan elektronik, mengundang pembalap seperti Benny Hidayat dan Aswin Bahar untuk menguji kehebatannya, hingga meminta Hasjim Ning, seorang industriawan nasional untuk menjadi bintang iklan MR90, penjualannya kurang memuaskan.
Target penjualan 1.000 unit perbulan, hanya tercapai maksimal 300 unit saja. Ribuan unit MR90 pun menumpuk di Gudang.
Akibatnya PT MIM bangkrut, semua mesin dilelang dan lahan serta pabriknya ditawarkan untuk dibeli oleh Suzuki termasuk sebagian karyawannya juga dipindahkan ke Suzuki.
KELANJUTAN PROYEK MR90
Karena sudah telanjur “basah” dan ingin menjual sisa stok MR90 serta memanfaatkan fasilitas yang tersedia, Indomobil Group melakukan penyegaran MR90, dengan mengganti model bumper depan yang tampak lebih sporty, side skirt, spoiler belakang, dan velg alloy 13 inci model palang enam, kemudian dipasarkan dengan nama Mister Ninety (90).
Selain itu, juga tersedia varian terbatas yang diberi nama Mazda Mister GLX dengan perbedaan pada bumper, velg standar, serta pilihan warna cerah khas anak muda seperti kuning, hijau, dan merah cerah plus stripping yang trendy.
Berikut model peralihan produksi tahun 1993, yang mengganti dashboard model klasik dan panel instrumennya lansiran Aichi Tokei pada MR90 dengan dashboard model baru berikut panel instrumen buatan VDO.
Menjelang tahun 1994, Indomobil Group juga meluncurkan Baby Boomers. Semakin banyak ubahan yang dilakukan, mulai dari bumper depan model baru, wiper kaca belakang, velg alloy 14 inci model palang lima, sistem electric power steering (EPS), dan sistem pengapian elektronis (Fully Transistorized Ignition atau FTI).
Meski telah banyak upaya yang dilakukan, Indomobil Group merasa tidak berhasil mengangkat pamor MR90.
Akhirnya pada pertengahan 1990-an, Indomobil menutup produksi dan penjualan mobnas tersebut.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MOBNAS VERSI INDOMOBIL GROUP
MR 90 sesungguhnya mobil keluarga yang ideal, karena:
- Sebagai alat transportasi yang dapat memuat 4 orang penumpang, harganya masih terjangkau.
- Perawatan dan pemeliharaannya juga mudah dan murah, karena masih menggunakan teknologi sederhana sehingga banyak bengkel umum bisa menanganinya. Bahkan diperbaiki sendiri jika memiliki sedikit ilmu perbengkelan.
- Handling mobil ini cukup enak meski bagian belakang sedikit mengayun jika tidak ada penumpang.
- Konsumsi BBM juga terkenal irit walaupun teknologi jadul.
Namun mobnas ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu:
- Mesinnya mudah overheat.
- Ruang penumpang di belakang tergolong sempit. Hal ini memang umum terjadi mobil yang menggunakan sistem penggerak roda belakang, di mana tenaga mesin disalurkan ke dua roda belakang (Rear-Wheel Drive).
- PCD mobil ini juga termasuk jarang dengan PCD 4X110 sehingga agak menyulitkan untuk penggantian velg.