Seturut slogan Toyota Kijang dekade 1990-an, Kijang Super ‘memang tiada duanya’. Dibandingkan generasi pendahulunya, varian pengganti Kijang Doyok ini sudah tidak lagi memiliki desain bodi dengan garis tajam dan keras. Sebaliknya, ia mengusung bentuk yang lebih halus dan modern sehingga tampilannya jauh lebih menarik. Tidak sedikit orang memuji peningkatan kualitas Kijang generasi ketiga yang bebas dempul setara sedan.
Peluang pemasaran Kijang sebagai komoditas ekspor baru tercapai pada periode ini. Tidak heran jika Kijang Super lantas digadang-gadang sebagai unit Kijang paling laris di masanya.
Mencetak Sejarah
Julukan generasi emas Kijang Toyota tentu bukan tanpa latar belakang. Sepanjang 10 tahun masa produksinya, Kijang Super telah mencetak sejumlah sejarah. Tidak kurang dari 500 ribu unit telah terjual sejak tahun 1986 hingga sebelum akhirnya “disuntik mati” pada 1996.
Kijang Super juga diklaim menjadi varian Kijang pertama yang mempelopori sejumlah teknologi baru. Peningkatan itu meliputi penggunaan power steering dan transmisi otomatis yang terdapat pada beberapa seri.
Kijang Mulai Diekspor
Setelah mencicipi singgasana unit Kijang paling laris di dalam negeri selama satu tahun, generasi emas Kijang Toyota perlahan berubah menjadi komoditi ekspor di tahun 1987. Tujuan pertamanya waktu itu adalah Brunei Darussalam dengan volume ekspor perdana sebanyak 50 unit per bulan.
Kijang sebagai komoditi ekspor kemudian mengalami peningkatan volume seiring tahun. Kelahiran Kijang Grand Extra sebagai penyempurnaan Kijang Generasi Ketiga di tahun 1992 membuat Kijang semakin menguasai pasar. Terlebih varian baru ini diklaim memiliki masa pakai lebih panjang dan seri yang lebih beragam.
Tahun 1995, Kijang Grand Extra turut ambil bagian dalam pawai Kemerdekaan RI ke-50 bertajuk ‘Kijang Lintas Nusa’. Pawai keliling Indonesia itu menandai akhir dari masa produksi generasi emas Kijang Toyota. Pada tahun berikutnya, Kijang segera beralih ke generasi empat.