Produknya kemudian terbukti mampu membalas ejekan tersebut diatas. Namun banyak yang beranggapan bahwa Datsun baru mampu membuat mobil yang memiliki performa terbaik pada tahun 1970-an.
Padahal jauh sebelum itu, Datsun sudah membuat mobil sport pertamnya pada tahun 1963 yaitu Datsun 411. Walaupun nama yang digunakan bukan SSS melainkan SS singkatan dari Super Sports.
Tipe SS kemudian berubah menjadi SSS, lantaran komplain dari raksasa mobil Amerika yaitu General Motor yang sudah menggunakan nama SS pada produk yang dibuat pada tahun 1961.
Datsun tipe 510 SSS yang pertama dipasarkan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari jasa dan kerja keras Yutaka Katayama atau lebih dikenal dengan sebutan Mr.K. Tahun 1960, Nissan (sebagai pemilik Datsun) mengirim Mr.K ke Amerika untuk mempelajari mobil yang favorit masyarakat di luar Jepang.
Hasilnya, Yutaka Katayama bisa menarik kesimpulan bahwa , selain tampilan yang menarik perhatian, orang Amerika dan Eropa juga mementingkan unsur fun to drive, alias enak dikendarai. Salah satu contoh mobil yang memenuhi kedua unsur tersebut (pada saat itu) adalah BMW 1600-2.
Setelah Yutaka Katayama kembali ke negaranya, beliau mulai merancang produk Datsun dengan mengambil ide dari BMW 1600-2, namun dengan sentuhan Jepang. Hingga lahirlah Datsun 510 SSS yang kerap dijuluki “A Poor Man’s BMW’, karena memang mengambil inspirasi dari mobil tersebut. Ya, kalau BMW adalah mobil orang kaya (saat itu), maka untuk yang menengah boleh-lah Datsun 510 SSS, maksudnya begitu bukan?
GENERASI PENERUS DATSUN 510 SSS
Sukses dengan Datsun 510 SSS, pada tahun 1977 Datsun melakukan penyempurnaan dengan memproduksi Datsun 710 (dikenal dengan Datsun 160J SSS). Berkat performanya, Datsun 160J SSS dalam tempo sekejap saja telah menjadi mobil favorit para pembalap era 70an dan 90an.
Selain mesin yang sangat bertenaga, suspensi Datsun 160J SSS dianggap sangat tangguh menghadapi berbagi jenis medan. Memang suspensi inilah yang menjadi Datsun SSS dengan tipe biasa. Tipe SSS menggunakan suspensi independen dengan gardan multi link dan coil spring.
PRESTASI DATSUN SSS
Datsun 510 SSS berhasil mengukir sejarah yang luar biasa di arena balap mobil Amerika melalui Peter Brock dan Brock Racing Enterprises (BRE). Pada awal tahun 1970, Peter Brock dan Brock Racing Enterprises (BRE) membangun Datsun 510 # 46 untuk balap mobil SCCA Trans Am 2.5-liter. Pada tahun 1971 dan 1972, secara spektakuler mobil ini berhasil memenangkan kejuaraan tersebut.
Dalam waktu sekejap, si mungil Datsun 510 langsung dipuja para penggemar mobil balap secara global. Reputasi ini seolah menjadi batu sandungan mobil-mobil bongsor buatan Amerika dengan kapasitas mesin yang lebih besar. Para pengamat dan pemerhati mobil bahkan menjulukinya sebagai "pembunuh raksasa", alias The Giant Killer.
PERKEMBANGAN DATSUN SSS DI INDONESIA
Datsun SSS di Indonesia sempat terhenti penjualannya ketika Indokaya Nissan berhenti beroperasi pada 1980 dan digantikan oleh Wahana Wirawan.Walaupun tipe SSS masih diproduksi dengan hadirnya Datsun 910. Namun, tipe itu tidak masuk di Indonesia karena fokus Wahana Wirawan adalah menjual Nissan Sunny yang saat itu digunakan oleh perusahaan-perusahaan taksi. Penerus Datsun SSS di Tanah Air baru hadir dengan adanya Nissan Sentra RZ-1 pada 1989.
Sama seperti generasi pendahulunya, kaki-kaki Nissan Sentra RZ-1 masih tetap tangguh dengan konstruksi independennya. Mesinnya cukup bertenaga karena mampu menghasilkan tenaga 122Hp pada 6400Rpm dan torsi 138Nm. Memang masih kalah jika dibandingkan dengan Lancer GTi dan Toyota Corolla GTi. Namun, performa tersebut masih terbilang hebat pada zamannya.
MENGENANG KEJAYAAN DATSUN SSS BERSAMA SIDARTO S.A
Sidarto SA adalah mantan pembalap senior yang tahu banget seluk beluk ketangguhan Datsun. Pria asal Semarang menuturkan kepada Otoblitz bahwa di usia 14 tahun dia menggunakan Datsun 510 untuk balapan mobil di Simpang Lima dan ia pun langsung menyabet gelar juara dua.
Pria 66 tahun ini kemudian membeli Datsun 160 SSS pada 1976 yang memang terkenal tangguh di zamannya. Mesinnya 1.600 cc dan karburator ganda. Dengan Datsun triple S tersebut, Darto kembali meraih banyak prestasi.
Karier gemilang sebagai pembalap harus berakhir karena kecelakaan pada 1994. Namun kecintaannya pada Datsun tak berubah dengan membuka bengkel yang bernama Dart Racing di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur.
Di bengkel inilah, para pecinta Datsun bisa meningkatkan kemampuan mobil mereka. Sangat menarik karena bukan hanya memodifikasi mobil, tetapi juga belajar ilmu balap langsung dari pakarnya. Top deh!