Yaitu: Audi AG, Volkswagen AG, BMW AG, Daimler AG, Dr. Ing. h.c. F. Porsche AG, Adam Opel AG dan Ford-Werke GmbH.
Sejak jaman dahulu, produk mobil dari Jerman terkenal dengan beberapa keistimewaannya. Mesinnya diakui tahan banting dengan performa yang mumpuni, meski harus diimbangi dengan volume dan kualitas bahan bakar yang diatas rata-rata.
Standar keselamatan mobil produk Jerman termasuk yang tertinggi, karena dilengkapi dengan berbagai fitur-fitur yang canggih untuk menjamin keamanan penggunanya. Termasuk pemakaian material kualitas prima untuk membuat bagian bodinya.
Dan satu lagi yang tidak bisa dibantah, eksterior dan interiornya tergolong kelas premium yang mewah. Semua kelebihan tersebut, membuat mobil produk Jerman berbeda dan tidak pasaran. Fitur tersebut juga membuat penggunanya menjadi lebih nyaman dan berkelas.
Di Indonesia, mobil produk Jerman telah dikenal sejak lama, yaitu pada jaman Raja Surakarta Pakubuwono ke X alias PB X. Beliau adalah pemilik mobil pertama di Indonesia, yaitu sebuah mobil Mercedes-Benz Victoria Phaeton, yang dibeli dengan harga 10 ribu gulden.
Cukup mahal dan PB X harus menunggu selama satu tahun, sebelum akhirnya didatangkan langsung dari Jerman tahun 1894. Oleh karenanya, PB X dianggap melampai kelas para pejabat Belanda pada jaman itu masih menggunakan kereta kuda sebagai alat transportasi.
Tiga belas tahun kemudian, mobil produk Jerman kembali hadir di Indonesia tepatnya pada tahun 1907. Mobilnya adalah Britze Daimler, merupakan pesanan Pakoe Boewono X juga.
Pada tahun 1934, menyusul Mercedes-Benz Tipe 500 K yang menggunakan supercharger masuk ke Indonesia. Mobil ini memiliki tenaga mesin 8 silinder dengan kapasitas 5,0 liter. Tanpa supercharger dengan tenaga maksimum yang dihasilkan yakni 100 hp. Namun dengan supercharger, dayanya ditingkatkan hingga mencapai tenaga maksimum yaitu 160 hp.
Tidak main-main, mobil ini bisa mencapai kecepatan tertinggi hingga 160 km/jam! Suatu hal yang luar biasa untuk kendaraan buatan 1930-an yang berbobot cukup berat.
Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan, beberapa pejabat juga mengunakan mobil asal Jerman. Dimulai ketika Soeharto menjadi orang nomor satu di tahun 1967, mobil dinas Kepresidenan Indonesia selalu Mercedes-Benz. Salah satunya adalah Mercedes-Benz 500SEL.
Kelima Presiden Indonesia lainnya BJ Habibie, Abdurahman Wahid (Gus Dur), Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, tetap menggunakan Mercedes-Benz sebagai kendaraan kepresidenan.
Sedangkan untuk masyarakat umum, mobil Mercedes Benz mulai banyak yang menggunakannya setelah resmi masuk ke pasar otomotif nasional pada tahun 1970. Yaitu ketika PT Star Motors Indonesia yang merupakan hasil joint venture antara Daimler-Benz AG dan PT Gading Mas, didirikan sebagai agen tunggal produk Daimler-Benz di Indonesia.
Beberapa dekade kemudian, mobil buatan Jerman tersebut juga menjadi koleksi, walaupun banyak orang yang berasumsi bahwa produk Jerman itu susah dirawat. Nyatanya saat ini hal tersebut tidak seperti yang dikatakan.
Dilansir dari laman oto.detik.com, mobil merek BMW dan Mercy yang tergolong klasik justru lebih mudah dipelihara karena semua peralatannya masih serba manual dan konvensional. Teknologinya juga tergolong sederhana jika dibanding dengan mobil jaman sekarang.
Namun. menjadikan mobil produk Jerman hanya sebagai benda koleksi atau pajangan saja malah dapat menimbulkan masalah. Utamanya pada sistem rem seperti selang yang getas atau kampas rem macet. Sebaliknya, jika sering digunakan bahkan untuk transportasi sehari-hari malah membuat mobil klasik buatan jerman menjadi lebih sehat, terawat dan selalu dalam kondisi prima.
Namun jika terjadi kerusakan dan terpaksa harus mengganti suku cadang pun saat ini tidak lagi membuat pening. Perkembangan e-commerce yang luar biasa pesat, membuat hampir semua spare part yang dibutuhkan bisa dengan mudah terpenuhi.
Sumber: detik.com dan liputan6.com