TRANSLATE

Tentang Mobil

Kijang Doyok merupakan salah satu varian Kijang lansiran Toyota yang paling legendaris. Namanya abadi bersanding dengan Kijang lawas lainnya seperti Kijang Buaya, Kijang Super, dan Kijang Kapsul. Sebagai mobil retro era 1980-an, cara merawat Kijang Doyok pun tidak sembarangan.
Dari empat prinsipal mobil nasional era 70-an, hanya tinggal Toyota yang berhasil bertahan dan berkembang. Hasil dari pengembangannya itu melahirkan Kijang Generasi Kedua atau yang biasa disebut Kijang Doyok sebagai penerus Kijang Buaya. Spesifikasi Kijang Doyok juga tidak sembarangan karena sempat mendapat banyak ubahan hanya dalam kurun 5 tahun.
Bagi sebagian orang, Toyota Kijang Doyok barangkali terdengar seperti sebuah kendaraan yang populer berkat cerita film jadul. Julukannya saja mirip nama pelawak Doyok yang masyhur di era 1980-1990an. Di balik keunikan namanya, mobil ini memang benar-benar pernah dijual dan merupakan cikal bakal mobil keluarga Indonesia.
Penggemar mobil klasik pasti sudah akrab dengan nama-nama mobil Kijang era 1970-an hingga 1980-an. Salah satu varian yang tersohor adalah Kijang generasi pertama yang punya julukan “buaya”. Tentu Anda penasaran dengan asal muasal nama Toyota Kijang Buaya yang legendaris.
Punya predikat mobil klasik tak membuat Kijang Buaya Bekas kehilangan daya tarik. Menurut informasi, kijang pikap keluaran tahun 1977 ini masih diburu banyak penggemar, mulai dari kolektor hingga mereka yang ingin sekedar bernostalgia.
Saat pertama kali dicetuskan, mobil Kijang tahun 1977 punya julukan “buaya”. Namun nama ini  hanya diperuntukan pada mobil Kijang sebagai kendaraan niaga. Tidak heran jika spesifikasi Toyota Kijang Buaya dibuat ala kadarnya untuk menekan biaya.
Siapa yang tidak kenal mobil Kijang keluaran Toyota. Sejak pertama kali mengaspal di jalanan ibu kota puluhan  tahun silam, Toyota Kijang Generasi Pertama langsung menjadi buah bibir. Kala itu masyarakat lebih suka menyebutnya Kijang Buaya alih-alih nama resminya Toyota KF10.
Mengingat usia Mitsubishi Lancer SL  sudah lebih dari 20 tahun, agar stirnya tetap ringan dan nyaman pada saat digunakan , maka penggunanya wajib memperhatikan kinerja balljoint dan worm stir.
Mercy Kebo W108dan W109 tampil perdana di Frankfurt Auto Show pada tahun 1965. Rangkaian model awal terdiri dari tiga W108 (250 S, 250 SE, dan 300 SEb) dan satu-satunya W109 (300 SEL). Jumlah  produksi untuk seri pertama 1965-1967 menunjukkan 129.858 unit 250 S/250 SE dan 5.106 dari 300 SEb/300 SEL. Jumlah  produksi 300 SEb/300 SEL yang lebih kecil disebabkan oleh harga jual yang lebih tinggi dan pangsa pasar yang lebih kecil.
Ajang balap mobil klasik adalah salah satu ikon di gelaran Indonesian Sentul Sports of Motorsport (ISSOM) selama bertahun-tahun namun kemudian berhenti dan sekarang ingin dihidupkan kembali. Salah seorang promotornya adalah Tomi Hadi, pencinta mobil klasik. Alasannya, ia tak ingin mobil klasik koleksinya hanya menjadi pajangan, karena mesinnya dibiarkan mati.
  • Tips Sebelum Melakukan Restorasi Toyota Starlet Kotak

    Belakangan semakin banyak orang mencari tahu seluk-beluk restorasi Toyota Starlet Kotak (Starko). Tren hatcback lansiran era 1980-an ini kembali hidup berkat kalangan selebritas Tanah Air yang membagikan momen nostalgianya di media sosial. Sebut saja seperti Gading Marten dan Rico Ceper yang bangga dengan hasil restorasi Starko-nya masing-masing.
Motor Honda CG 125

Honda CG110 dan CG125, Memang Motor Yang Tangguh Dan Mudah Dirawat

Honda memiliki beberapa seri motor komuter di antaranya adalah Honda CG. Seluk beluk motor ini di Indonesia, muncul pada medio 1973 hingga 1982 untuk CG110, sementara CG125 pada 1976 hingga 1982. Produksi motor Honda ini sendiri berada di Jepang. Motor ini bahkan sangat populer di Eropa karena perawatan yang mudah dan murah. Bahkan, hingga tahun 2008 motor seri ini masih diproduksi. Baca selengkapnya...