Menurut catatan sejarahnya, Volvo seri 2 telah berhasil terjual sebanyak 2,8 juta unit ke seluruh dunia. Keberadaannya sebagai mobil mahal, digadang-gadang menjadi tulang punggung yang mampu membesarkan Volvo selama beberapa puluh tahun lamanya. Disebut-sebut hal ini sampai membuat seri 7 jadi dianak-tirikan karenanya. Kendaraan terkenal ini didesain oleh Jan Wilsgaard, yang mana sosoknya pernah masuk dalam jajaran nominasi desainer mobil abad ke-20.
Seri 200 boleh dibilang sebagai salah satu kendaraan paling canggih yang pernah dibuat oleh Volvo pada zamannya. Pasalnya mobil ini memiliki sejumlah fitur keamanan yang sangat mumpuni, seperti penambahan Airbag, Anti-lock Braking System (ABS), dan Crumple Zone. Semua fitur keamanan yang tersemat di dalamnya tersebut sangat mampu menekan resiko fatal yang terjadi akibat kecelakaan.
Pertama kali diluncurkan, sedan midsize ini dikeluarkan dalam dua varian, yakni 240 dan 260. Pada era tahun 80-an, keberadaan mobil mahal ini sangat identik dipakai oleh para menteri kabinet pembangunan serta pejabat-pejabat tinggi lainnya.
Penamaan mobil ini menggunakan format 2AB yang mana angka 2 menunjukan seri 200, kemudian A menunjukan jumlah silinder mesinnya, sementara B mewakili jumlah pintunya. Oleh karenanya, tipe 245 bisa diartikan sebagai Volvo seri 200 dengan mesin 4 silinder dan 5 pintu. Namun begitu hingga tahun 1982, format penamaan tersebut diganti yang mana bagian B diisi dengan angka 0 untuk jenis bodi apa pun.
Terdapat juga beberapa trim level yang menunjukan kelengkapan fiturnya, dimulai dari yang terendah L (Luxe), DL (de Luxe), GL (Grand Luxe), GLE (Grand Luxe Executive), GLT (Grand Luxe Touring), GT dan Turbo.
Di Tanah Air, beberapa seri Volvo ini muncul pertama kali pada tahun 1976 melalui tipe 244DL dan 245 yang mengusung model station wagon (touring estate). Selain mesin 4 silinder, mobil ini juga menelurkan versi 6 silinder melalui 264DL dan 264GL. Kehadiran Volvo 264GL ini muncul pada tahun 1987 dan masih mengusung jenis mesin dan karburator yang sama dari pendahulunya.
Oleh para penggemarnya di Indonesia, mobil ini dijuluki sebagai 264GL Classic. Beranjak ke tahun 1988, muncul juga Volvo 240 yang kemudian dijuluki sebagai 240 Baby oleh penggemar di Tanah Air. Namun begitu, Baby hanya diproduksi hingga tahun 1991.
Volvo 200 mesin 4 silinder menggunakan redblock inline 4 dengan varian kapasitas 1.900 cc, 2.100 cc, dan 2.300 cc. Dimana mesin redblock tersebut masih menggunakan SOHC yang diterapkan pada tipe 244, 245, hingga 240GL Classic. Pada 240 Baby, mesin tersebut kemudian dikembangkan menjadi injeksi mekanikal dari Bosch K-Jetronic.
Dari segi transmisi Volvo mesin 4 silinder dibekali dengan transmisi manual, sementara untuk 6 silinder mempergunakan PRV V6 SOHC berkapasitas 2700cc. Mesin PRV yang dibenamkan pada Volvo 264 GL/DL ini memungkinkan pilihan pada transmisinya, seperti manual atau matik. Pada dasarnya mesin PRV sendiri juga dipergunakan oleh produk otomotif terkenal dari Eropa lainnya, seperti Renault dan Citroen yang juga mendapat campur tangan dari Volvo
Salah satu mobil mahal produksi Volvo yang pernah dipakai Presiden Soeharto pada rezim Orde Baru adalah tipe 264GL. Meskipun era kepemimpinan Soeharto berakhir pada 1998, tetapi pemakaian Volvo sebagai kendaraan dinas kepresidenan masih tetap berlanjut hingga era kepresidenan BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri.
Namun sayangnya, pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudoyono dan wakil presidennya Jusuf Kalla, mobil ini dipensiunkan dari perannya sebagai kendaraan dinas kepresidenan. SBY dan JK lebih memilih berpaling kepada produk keluaran Jepang. Padahal identitas Volvo seri 200 sudah begitu lumrah untuk dipergunakan oleh kalangan pejabat Indonesia.
Saat ini keberadaannya terbilang cukup langka untuk ditemukan. Akan tetapi, sejumlah orang yang memiliki hobi mobil Volvo ini sepertinya tak pernah menyerah dalam menemukan keberadaannya meski dalam keadaan berupa bangkai sekalipun.
Volvo seri 200 merupakan salah salah satu mobil mahal, mewah, eksklusif dan legendaris yang kini menyandang predikat sebagai mobil klasik. Penampilannya yang khas kotak retro, dengan sentuhan aksen krom seolah begitu menegaskan kesan prestisius yang dimilikinya.
Seperti halnya sedan mewah keluaran Eropa lainnya, kendaraan ini memiliki model perawatan yang tak bisa disiasati dengan pembedahan di beberapa bagian. Akan tetapi, bagian yang rusak harus harus benar-benar diganti dengan komponen dan onderdil yang sesuai.
Unitnya yang terbilang cukup jarang, membuat posisinya diantara para klasiker yang hobi mobil mahal terbilang gelap. Istilah ‘gelap’ memiliki makna bahwa standar harga yang ditetapkan cenderung berbeda-beda karena tergantung pada patokan yang dibanderol oleh pemiliknya.
Untuk kondisi yang paling mengenaskan, biasanya para kolektor masih harus menggelontorkan kocek sekitar belasan juta. Sementara untuk kendaraan yang memiliki riwayat pernah dipergunakan oleh pejabat dari kabinet Menteri Pembangunan, harganya mampu mencapai ratusan juta rupiah.