Begitu pula dengan SMI Express, cikal bakal motor nasional yang kini hanya tinggal cerita saja. Mobilretroklasik.com pun kali ini akan mengupas sekelumit kisah tentang SMI Expressa, motor lokal bercita rasa Negeri Sakura.
SMI sendiri adalah singkatan dari Sepeda Motor Indonesia. Proyek SMI diawali dengan pembuatan sebuah prototype sepeda motor pada 1995 dan 1996. Tak murni Indonesia, tangan Jepang ikut andil. Hal ini terlihat dari prototype motor tersebut yang mengambil mesin 1 silinder 4 tak dari Honda, yang notabene merupakan pabrikan Negeri Sakura.
Ditengarai karena tak kunjung mendapatkan transfer teknologi, Menteri Perindustrian saat itu, Tungki Ariwibowo yang menerima mandat dari Presiden Soeharto pun lantas mengirim surat ke Honda Motor Company di Jepang agar membantu penyediaan mesin dalam rangka transfer teknologi. Surat ini pun mendapat balasan.
Honda melalui Federal Motor selaku ATPM Honda kala itu, kini menjadi Astra Honda Motor, memenuhi permintaan tersebut dan mengirimkan mesin tipe MCB 100 untuk proyek SMI. Mesin 1 silinder 4 tak itu tak dilengkapi pendingin udara dan kapasitasnya pun tak besar, hanya 97 cc. Kapasitas ini sama persis dengan mesin yang disunggi motor bebek Honda kala itu, yaitu Supra.
Selanjutnya, di bawah naungan PT Federal Motor (sekarang AHM), para insinyur Indonesia yang diketuai oleh insinyur Suwandhi lantas membuat 19 prototipe sepeda motor. Presiden Soeharto lalu menamai prototype tersebut dengan Expressa yang merupakan singkatan dari Expresi Bangsa atau Expresi Anak Bangsa.
Desain SMI Express terbilang unik di zamannya. Tak seperti motor bebek atau motor ‘laki’, SMI Expressa hadir dengan desain motor bebek 'ayam jago', yaitu kombinasi desain motor ‘laki’ dan bebek. Desain ini kemudian dijumpai pada tahun-tahun berikutnya pada Suzuki Satria FU 150.
Kesan maskulin ditonjolkan dari shockbreaker depan, yang penuh sampai keatas, hingga bagian lampu seinnya yang terpisah dengan lampu utama di bagian depan dan belakang. Umumnya motor bebek akan memiliki tangki bensin di bawah jok, tetapi SMI Expressa menonjolkan tangki di depan seperti halnya pada motor ‘laki’, hanya saja tangkinya lebih ramping.
Mirip dengan motor bebek komuter model lama, SMI Expressa mengusung kopling ganda. Sistem pengereman pun masih mengandalkan teromol di depan dan belakang.
Prototipe SMI Expressa pun telah sempat diresmikan Presiden Soeharto. Sayangnya, motor itu gagal meluncur ke pasaran. Motor ini tak jadi ‘berekspresi’ di jalanan akibat kondisi politik Indonesia yang carut marut kala itu dilanda krisis moneter. Wal hasil, sejarah panjang penyiapan SMI Expressa menjadi motor nasional hanya menjadi cerita. Barangkali tak ada yang menyaksikan langsung motor ini melenggang di jalan.
Meski tak jadi melenggang, tetapi cerita SMI Expressa tak berhenti di sini. Pada tahun 2000, Rini Soemarno yang kemudian menjadi menteri dikabinet Joko Widodo, diketahui mendirikan Kanzen Motor. Kala itu, ia memang menjabat sebagai petinggia Federal Motor. Tak ayal, ia pun memiliki akses berkaitan dengan akses proyek SMI. Teknologi dan pengembangan motor SMI pun kemudian dilanjutkan Kanzen. Kanzen Ultima pun diketahui mengusung clue desain dari SMI Expressa yang kemudian dimodifikasi dengan motor trail.