Bodinya yang dibuat dari lembaran logam rata agar mudah dibentuk dan disambungkan dengan cara di las (welding) menggunakan panas, tekanan, atau keduanya.
Bahkan pada Africar, BUV dirancang dengan bodi yang dibuat dengan material kayu dilapis epoksi (sistemnya sama dengan pembuatan kapal pesiar di negara barat) agar dapat diperbaiki oleh tenaga kerja dan bahan yang tersedia secara lokal.
Africar adalah sebuah proyek yang dibuat dengan tujuan menyediakan kendaraan yang mampu mengatasi medan yang berat di Afrika, tetapi dengan harga jual yang terjangkau semua kalangan.
Dari tahun 1986, proyek Africar ini hanya berhasil membangun enam unit BUV menggunakan mesin dan drivetrain Citroën, hingga akhirnya dihentikan pada tahun 1988.
Di Asia Tenggara, BUV disebut sebagai kendaraan utilitas Asia atau Asian Utility Vehicles (AUV). Akronim ini juga digunakan oleh Institute for Affordable Transportation (IAT), sebuah organisasi nirlaba di Amerika yang secara rutin mengadakan kompetisi tahunan untuk mengembangkan transportasi berkualitas tinggi dan berbiaya rendah untuk memberikan mobilitas, kebebasan, dan harapan ekonomi bagi orang-orang di daerah pedesaan di negara-negara berkembang.
Melalui BUV, IAT berharap dapat mendorong perdagangan dan pembangunan berkelanjutan dengan memungkinkan pertumbuhan bisnis mikro dan perdagangan di tingkat akar rumput.
BUV DI ASIA TIMUR
Ada beberapa pabrikan yang mengembangkan BUV di Asia timur yaitu:
- Volkswagen melalui EA489 Basistransporter yang dibangun dari tahun 1975 hingga 1979.
- DAF Belanda mengembangkan Basic Automotive Transport Unit (BATU) pada tahun 1972
- Citroen dengan FAF dan Baby Brousse pada tahun 1973
- Nissan dengan Datsun 1200 AX
- Toyota dengan Toyota Kijang, pada tahun 1976
- General Motors, salah satunya melalui GMOO pada tahun 1976
BUV GENERAL MOTORS
General Motors (GM) mengembangkan BUV melalui General Motors Overseas Operations (GMOO) untuk memperluas kemungkinan perakitan kendaraan sederhana di negara-negara berkembang.
Untuk itu, General Motors menunjuk Vauxhall Motors yang telah berpengalaman dalam merancang dan memproduksi mobil, untuk memasok komponen dasar. Sedangkan dealer lokal di setiap negara akan bertanggung jawab untuk mengembangkan dan perakitan akhir kendaraan ini.
Produknya berupa truk kecil yang bodinya ditempatkan di atas rangka dasar buatan lokal dengan desain yang umumnya mengadopsi desain asli dari GM. Sementara untuk bagian mekanik dan interiornya berasal dari Bedford HA yang diproduksi di Inggris.
Bedford HA adalah mobil berjenis van yang diperkenalkan oleh Bedford pada bulan Agustus 1964. Bedford merupakan merek kendaraan yang diproduksi oleh Vauxhall Motors, yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan multinasional General Motors yang khusus membuat kendaraan komersial seperti truk berbagai ukuran.
Bedford HA diproduksi menggunakan platform mobil keluarga berukuran kecil (small family car) yang dikenal sebagai Vauxhall Viva seri HA produksi tahun 1963 – 1966.
Sebagai sumber daya, mobil ini delengkapi dengan mesin bensin kompresi rendah 4 silinder OHV (Over Head Valve) kapasitas 1256 cc yang dapat menghasilkan 37 hp (28 kW).
Ditandem dengan transmisi manual 4 percepatan dengan synchromes dan sistem penggerak roda belakang. Konsumsi bahan bakarnya terbilang irit, hanya 9 liter/100 km atau setara 1 liter untuk 11,2 km.
Selanjutnya sebagai BUV, kendaraan ini kemudian dipasarkan dengan berbagai nama tergantung di negara mana ia akan diproduksi seperti:
- Bedford Harimau di Malaysia (seperti gambar diatas).
- Amigo di Kosta Rika.
- Andino di Ekuador (1973 -1976).
- Cherito di El Salvador.
- Chato di Guatemala.
- Pinolero di Nikaragua (diproduksi oleh INDEVESA, SA).
- GM Mitai di Paraguay (dengan desain berbeda dan hanya tersedia dalam warna merah, putih, atau biru, sesuai dengan warna bendera negara tersebut).
- Amigo atau Tiger di Filipina (General Motors Filipina selanjutnya mengembangkan versi BTV yang lebih mirip mobil dengan bodi station wagon empat pintu (terutama digunakan sebagai taksi) yang disebut GM Harabas).
- Amigo di Portugal.
- Compadre di Honduras.
- Moetete 1200/1300 di Suriname.
- Tapir di Guyana.
- Morina di Indonesia
Kabarnya, General Motors juga pernah merencanakan untuk memproduksi BUV untuk Singapura, Thailand, dan beberapa negara lainnya. Namun secara keseluruhan, proyek ini tidak berkembang. Beberapa sumber menyatakan bahwa tidak lebih dari 3.000 BTV dibuat di seluruh dunia, sebelum akhirnya dihentikan pada tahun 1980-an.
Padahal selain memproduki BTV dengan platform dan mesin Bedford HA, General Motors ternyata juga mengembangkan mobil lain dengan mesin yang sama yaitu: Chevrolet Nomad Afrika Selatan pada tahun 1970-an dan Holden Torana (seri LJ dan TA), yang populer sebagai taksi di Jakarta, Indonesia.
MORINA - MObil Rakyat INdonesiA
Di Indonesia, General Motors mengembangkan BUV beberapa saat setelah Pemerintah mengeluarkan kebijakan KBNS (Kendaraan Bermotor Niaga Sederhana) untuk meningkatkan investasi di bidang otomotif.
Kendaraan ini kemudian diproduksi dengan kandungan lokal 40% meliputi sasis, body, ban, dan aki, dan sisanya 60% seperti mesin, gardan, girboks, shock absorber dan part lainnya yang menggunakan produk yang diimpor dari Inggris. Sebenarnya mobil ini termasuk nyaman saat dikendarai karena te;ah menggunakan suspensi per keong.
Desainnya sedikit lebih modern dibandingkan Bedford Harimau Malaysia yang tidak dilengkapi dengan pintu, atau Chato di Guatemala, Cherito di El Salvador, lalu Compadre di Honduras.
BUV General Motors tersebut kemudian diberi nama MORINA, akronim dari MO bil R akyat IN donesi A ("Mobil Rakyat Indonesia").
Pada tanggal 11 Juni 1976, Morina diluncurkan pertama kali di arena Pekan Raya Jakarta, dipasarkan oleh PT.Garmak Motor, agen tunggal pemegang merek (APM) dan perakitan untuk Chevrolet di Indonesia sebagai bagian dari General Motors Corp (GMC) yang didirikan oleh Probosutedjo pada tahun 1976.
Sedangkan sebagai distributornya, PT.Garmak Motor menunjuk anak perusahaan lokal General Motors yaitu PT Garuda Diesel yang menjual Morina Pick Up dengan harga Rp 1.250.000 per-unit.
Seiring berjalannya waktu, pihak GM pun meningkatkan komponen lokal hingga 60%. Namun sepertinya upaya yang dilakukan ini tak memberikan hasil yang menggembirakan.
Selain mesinnya kurang cocok untuk cuaca tropis dan panas seperti di Indonesia, juga dianggap kurang bertenaga pada saat digunakan untuk pekerjaan berat. Ditambah lagi dengan layanan purna jual yang kalah bersaing dengan mobil lainnya.
Penjualan mobil Morina tak pernah mencapai hasil yang gemilang, terlebih ketika Toyota Kijang hadir pada 1977 yang dibanderol Rp 250.000 lebih mahal namun lebih sukses dalam penjualan.
Oleh sebab itu produksi Morina dihentikan pada tahun 1979, dengan total penjualan tidak sampai 1.000 unit.
.