DESAIN MOBIL BMW E12 SERI 5
Desain mobil ini adalah hasil karya Paul Bracq yang dibantu oleh Marcello Gandini, dengan prinsip “Ein Auto muss eine unterschrift haben" (A Car must have a signature). Maksudnya, sebuah mobil harus memiliki desain kuat dengan ciri tersendiri, sehingga bisa dikenang sepanjang masa
Paul Bracq adalah desainer asal Perancis yang berpengalaman merancang berbagai model mobil Citroën, Peugeot hingga Mercedes Benz, sebelum nantinya diberi kepercayaan menjadi Head of Design pabrikan BMW.
Melalui desain E12 seri 5, Paul Bracq dianggap berhasil membawa BMW menjadi pabrik mobil yang mengusung konsep modern. BMW E12 Seri 5, memang menjadi pelopor mobil sedan BMW dengan desain otentik, berikut sistem penamaan produk dengan 3 digit angka, yang terus dipertahankan hingga saat ini.
Walaupun sesungguhnya desain BMW E12 seri 5 tidak sepenuhnya baru, karena terinspirasi desain BMW 2200 Ti Garmisch. Mobil coupé empat tempat duduk ini dirancang oleh Gruppo Bertone, seorang desainer berkebangsaan Italia. Kekuatan desain BMW 2200 Ti Garmisch terletak pada kesederhanaan yang mampu menyiratkan keindahan nan elegan, tren baru pada evolusi desain khas Italia.
Dengan ide dasar itulah, BMW E12 seri 5 dirancang, dikembangkan, diproduksi hingga dipasarkan sebagai model BMW 520 dan BMW 520i.
BODI MOBIL BMW E12 SERI 5
Desain bodi BMW E12 seri 5. memiliki guratan ikonik ‘hofmeister kink’ sebagai trade mark BMW. Hofmeister kink adalah bentuk lekukan atau tekukan unik pada bagian bawah pilar C (atau D untuk model coupe) pada mobil BMW.
Hofmeister Kink merupakan elemen desain yang menunjukan aspek dinamis, sporti, serta tradisi penggerak roda belakang (rear wheel drive) mobil BMW.
Hofmeister Kink juga memiliki fungsi untuk menambah visibilitas. Ketika penumpang duduk di kursi belakang dan bersandar pada jok, maka para penumpang tersebut tetap dapat melihat ke samping dan hampir ke arah belakang dengan leluasa. Dapat dikatakan, Hofmeister Kink menambah kesan aura lega di dalam kabin mobil BMW, terutama untuk penumpang belakang.
Hal menarik lainnya dari desain BMW E12 seri 5 adalah posisi headlight yang letaknya dirancang sedemikian rupa hingga tampil serasi dengan grille-nya.
Sejak awal perancangan desain bodi E12 seri 5, BMW telah menggunakan teknologi komputer untuk memastikan tingkat keamanan yang mumpuni. Hasilnya kemudian diaplikasikan sebagai rangkaian tiang penyangga dmenyerupai rangka pada area atap, yang berfungsi untuk mengurangi resiko deformasi dan cedera pada penumpang yang ada di dalam kabin mobil. BMW juga memaksimalkan penyerapan efek energi kinetik akibat tabrakan pada area crumple zone.
MESIN MOBIL BMW E12 SERI 5
Pada konsep awalnya, BMW E12 SERI 5 hanya dirancang untuk menggunakan mesin M10 4 silinder segaris seperti yang dipakai oleh BMW New Class Sedan. Namun karena adanya keinginan pasar, nantinya juga tersedia juga pilihan mesin 6 silinder M20.
M10, adalah mesin 4-silinder segaris berkapasitas 2.0 liter SOHC (Single Over Head Camshaft) dan sistem penyuplai bahan bakar karburator Stromberg 175 CDET.
Mesin ini secara umum dipadukan dengan transmisi Getrag 242 manual 4-percepatan, meski untuk pasar Amerika Serikat dan Jepang tersedia pilihan transmisi otomatis 3 percepatan
Mesin yang ditandem dengan transmisi manual sanggup menghasilkan tenaga 114 hp dan torsi 162 Nm. Performa tersebut, terbentuk tanpa teknologi dan sistem pengontrol komputerisasi layaknya kendaraan saat ini. Setahun kemudian, mesinnya diganti dengan model enam silinder M20 hingga produksi seri E12 ini berakhir.
MESIN MOBIL BMW E12 SERI 5 RAKITAN INDONESIA
Karena sistem pajak kendaraan di Indonesia yang kurang berpihak kepada mesin berkapasitas diatas 2000cc, BMW E12 seri 5 hasil rakitan Indonesia hanya menggunakan mesin 4 silinder M10, itupun harus diturunkan kapasitasnya menjadi 1800cc. Mesin tersebut bahkan tetap digunakan sampai tahun 1988, pada BMW E30 318 atau yang biasa dikenal sebagai 'BMW Mas Boy', karena dipakai untuk properti film Catatan si Boy.
FITUR BMW E12 SERI 5
Selain performa mumpuni, BMW 5 Series (E12) ternyata juga dirancang agar nyaman dikendarai. Area kabinnya dilapisi material berbahan kulit, dipadukan dengan jok berkontur. Aspek ergonomika juga diterapkan pada area dashboard, dengan desain sederhana namun sangat fungsional.
Pada konsol bagian tengah, terdapat tiga kenop heat/vent air climate control dan radio tape, dengan aksen wood trim yang selaras dengan panel pintu. Namun kisi-kisi AC yang tersedia posisinya permanen tidak bisa diarahkan ke sudut tertentu.
PRODUKSI MOBIL BMW E12 SERI 5
Proses produksi dilakukan di pabrik BMW yang berada di Munich (Jerman), sebelum pindah ke Dingolfing (Jerman). Selain didalam negeri Jerman, BMW E12 seri 5 juga dbuat di sejumlah negara diluar Jerman. Seperti di Indonesia dan Malaysia (?)
Di Indonesia, untuk menyikapi larangan impor kendaraan secara CBU (Completely Built unit) yang dibuat oleh pemerintah, maka BMW E12 seri 5 yang diproduksi di Indonesia merupakan hasil rakitan. Itupun terbatas hanya model 520 saja
Proses perakitan dimulai pada pertengahan tahun 1976, menggunakan komponen yang sepenuhnya diimpor langsung dari Munich Jerman Barat. Kemudian dipadukan dengan beberapa material lokal buatan Indonesia seperti ban, aki dan cat.
Secara umum, tidak banyak perbedaan antara BMW 520 yang dijual di Jerman dengan yang dirakit di Indonesia. Meski sejumlah fitur elektronik seperti power window dan electric mirror memang belum tersedia. Tetapi untuk fitur keselamatan, telah disematkan rem cakram.
Yang diberi mandat untuk melakukan perakitan di Indonesia adalah PT Indonesia Service Coy. Pada tahun 1976-1978, perusahaan ini merakit BMW 520 bermesin 4 silinder. Kemudian dilanjutkan dengan merakit BMW 520 yang menggunakan mesin 6 silinder, pada tahun 1978-1981.
Selanjutnya perakitan mobil BMW diteruskan oleh PT Tjahja Sakti Motor, anak perusahaan grup Astra yang juga ditunjuk juga sebagai distributor kendaraan BMW di Indonesia.
Total produksi BMW 5 Series (E12) secara global mencapai jumlah 700.000 unit selama tahun 1972-1981. Sedangkan jumlah unit yang dirakit di Indonesia hanya 780 unit.
Tidak heran jika BMW E12 seri 5 jarang terlihat lalu lalang di jalanan Indonesia. Selain populasi memang sedikit, ada banyak BMW E12 seri 5 yang nasibnya tragis karena berakhir di tempat kampakan dengan berbagai alasan. Itu sebabnya, BMW E12 seri 5 saat ini menjadi barang langka. Dari jumlah yang tersisa, sebagian besar telah menjadi mobil koleksi.
Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya unit BMW E12 seri 5 di Indonesia adalah harga jualnya. Saat pertama dipasarkan pada tahun 1976, BMW mematok harga 17 juta Rupiah. Harga ini lebih mahal dari Volvo 264 GL, yang sudah terlebih dahulu punya nama besar, meski masih lebih murah dari harga Mercedes Benz W123 (Mercy Tiger) yang menjadi pesaing utamanya.
PTeknologi mesin BMW E12 seri 5 juga masih sederhana, menggunakan karburator tanpa fitur elektronik sehingga mudah diperbaiki pada saat mengalami kerusakan.
Saat ini, BMW E12 seri 5 kembali dicari, karena tergolong mobil yang mudah dirawat. Spare partnya juga relatif mudah didapat karena mesin tipe yang sama masih digunakan pada generasi selanjutnya yaitu BMW E30.
FACELIFT BMW E12
Empat tahun setelah diproduksi, tepatnya pada tahun 1976, BMW E12 mendapatkan penyegaran tampilan (facelift) berupa lampu belakang lebih lebar, kap mesin mengembung, sampai posisi ventilasi udara yang disempurnakan. Desain facelift ini dibuat oleh Claus Luthe yang nantinya menjadi kepala departemen desain BMW sampai tahun 1990an.