Namun, tahukah Anda jika pabrikan yang kini masyur dengan beragam sedan mewahnya itu, dulu sempat berjaya dengan produknya yang berupa truk. Adalah Mercedez-Benz L series truk yang kemudian begitu melegenda dalam sejarah truk dunia. Truk ini banyak dijumpai di Indonesia dengan julukan Mercy Bagong, juga di Amerika, Afrika dan Irak pada 1970-an hingga 1980-an.
Jauh sebelum truk merek Hino dan Fuso banyak melibas jalanan di berbagai belahan dunia, Mercedez-Benz L series telah lebih dulu eksis di banyak negara. Di Tanah Air, Mercedez-Benz L series lebih kondang dengan sebutan Mercy Nonong. Ada pula orang yang menyebutnya dengan Mercy Bagong.
Sebutan itu tak terlepas dari bentuknya yang nyentrik. Berbeda dengan kebanyakan truk saat ini yang serinya sulit dibedakan dari bentuknya, Mercy Nonong memiliki rupa yang begitu khas. Bagian depan kepalanya agak pesek. Meski wajahnya tak begitu rupawan jika dibandingkan dengan kebanyakan truk masa kini, tetapi Mercy Nonong adalah truk yang dalam catatan sejarah dikenal memiliki segudang keunggulan.
Namun, sebelum membahas soal keunggulannya, tentu akan terlebih dahulu diulas ihwal sejarah truk legendaris tersebut. Mercedes-Benz L series atau lebih dikenal dengan Mercy Nonong pertama kali diproduksi di Jerman pada 1959. Butuh waktu tak sebentar dari masa perdana produksinya itu hingga akhirnya bisa masuk ke Indonesia. Catatan sejarah menyebut, Mercy Nonong baru mendarat di Tanah Air pada 1970.
Sejarah Mercy Bagong bermula saat didirikannya PT Star Motor sebagai ATPM sekaligus assembler Mercy di Indonesia. Mercy Nonong kemudian dirakit CKD di Indonesia. Tak butuh waktu lama sejak perakitannya di Tanah Air, Mercy Nonong segera menjadi favorit oleh banyak juragan dan juga sopir di era 70-an hingga 80-an.
Pada periode tersebut, Mercy Nonong merajai pasaran truk di Indonesia, mulai dari kategori truk biasa, truk tangki, dump truck, bahkan truk militer.
Irit dan bertenaga menjadi alasan paling mendasar di balik laris manisnya penjualan Mercy Nonong kala itu. Kehadiran Mercy Nonong bak ‘dewa penyelamat’ bagi para juragan setelah sebelumnya dijejali dengan truk bensin buatan Amerika yang dikenal boros. Saat ini, meski Mercy Nonong sudah tak lagi ngehits, tetapi namanya tetap menjadi sejarah.
Keberadaannya acap kali masih dijumpai di beberapa ruas jalan besar antar propinsi. Dengan ‘nafas tuanya’, si Nonong masih tetap ‘bekerja keras’ dan sanggup menyelesaikan pekerjaannya menembus medan-medan lurus hingga berkelok dan menanjak.
Ketangguhan Mercy Nonong yang membuatnya menjadi primadona, terletak pada mesinnya. Mercy Nonong menyunggi mesin yang dirancang khusus, sehingga membuatnya sangat bertenaga, tetapi tidak rakus bahan bakar. Yaitu mesin diesel berteknologi direct injection OM352. Mesin ini memiliki konfigurasi 6 silinder inline 5700 cc dengan tenaga maksimal mencapai 126 hp @2800 rpm dan torsi maksimal 375 nm @1500 rpm.
Meski hanya memiliki tenaga 130 hp, tetapi Mercedes-Benz pandai meracik rasio transmisi dengan tepat, sehingga Mercy Nonong sanggup mengangkut beban-beban berat.
Berdasarkan catatan, Mercy Nonong yang beredar di Indonesia adalah model 1113/1313 dengan kapasitas mulai dari 7,5 ton, 15 ton, 19 ton hingga yang tertinggi 21 ton. Luar biasanya, dengan kemampuan daya angkut yang super besar, mesin si Nonong tidak mudah panas alias overheat. Hal ini membuat para driver lebih nyaman dalam perjalanan jauh, karena tidak perlu sebentar-sebentar ‘ngedem’ truknya.
Chasis atau rangkanya juga awet dan kuat serta tidak mudah bengkok saat terjadi kecelakaan namun tetap lentur. Rangka seperti ini dapat membuat traksi ban lebih baik juga dapat meredam getaran jalan, sehingga pengemudi merasa nyaman.
Dipadu dengan adanya moncong pada kepalanya, dapat mereduksi kemungkinan buruk menimpa sopir dalam kondisi kecelakaan. Bagian bawah kabin juga dilengkapi dengan per untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pengemudi.
Nah, demikian sekilas sejarah tentang Mercy Nonong, truk legendaris dalam sejarah truk dunia. Meski tak lagi merajai jalanan di Indonesia saat ini, tetapi kemunculan Mercy Nonong di beberapa ruas jalan besar antar propinsi menjadi bukti ketangguhan mesin truk tersebut sekaligus menempatkannya dalam deretan mobil antik di Indonesia.
Dengan usianya yang tak lagi muda, si Nonong ternyata tetap masih sanggup mengangkut beban yang tak sedikit bahkan tetap ‘PEDE’ melaju diantara banyak truk generasi muda yang lebih cepat melaju.
Dikemudikan umumnya oleh para sopir yang usianya tak lagi muda, Mercy Bagong biasanya berjalan dengan pelan-pelan, tetapi yang penting selamat sampai tujuan - layaknya pepatah Jawa mengatakan ‘alon-alon waton kelakon’. Didunia angkutan kelas berat, Mercy Bagong tidaklah melenggang sendirian, popularitasnya dibayang-bayangi oleh truk buatan Inggris dengan merk Thames Trader. Apa saja 'senjata' mobil ini untuk bersaing dengan Mercy Bagong, silahkan simak baik-baik.