TRANSLATE

Mari Mengenal Keunikan Honda Benly S110

Nama Honda di Indonesia sudah tak asing lagi. Selain memproduksi mobil pabrikan Jepang yang satu ini juga masyur sebagai pembesut banyak varian motor, mulai dari motor ‘laki’, yang memiliki tangki bensin depan, motor bebek, hingga yang beberapa tahun belakangn ngehits, yaitu motor matic, yang kerap diidentikan dengan motornya kaum hawa. Sebelum berbagai seri Honda beragam seperti saat ini, Honda sebenarnya sudah mulai hadir di Indonesia sejak lama, sejak 1960an. 

Honda S110 atau juga disebut Honda Benly, adalah motor yang diimpor oleh Federal Motor antara tahun 1937 hingga 1977. Nama Benly sepertinya memang ‘dihidupkan’ kembali setelah sebelumnya sempat digunakan Honda untuk menamai seri motor 2 silindernya. Padahal, Honda S110 adalah motor dengan 4 silinder.

Mengingat kesamaan nama dari kakaknya itu, menarik untuk ditelisik ihwal keunikannya. Oleh karena itu, kali ini Mobilretroklasik.com akan mengajak Anda mengenal keunikan Honda Benly S110. 

Motor ini adalah generasi penerus dari Honda S90 dan Honda 90Z yang hadir di Indonesia. Dibandingkan dengan kedua kakaknya itu, Benly S110 tampil dengan bodi yang lebih padat. Bentuk tutup aki yang lebih besar dan lebar serta bentuk tangki serta tutup aki yang juga besar membuat Benlu S110 tampak lebih ‘gagah’ dibandingkan pendahulunya. Meski demikian, untuk rangka motor, Benly S110 juga mengusung model monocoque seperti pada Honda 90Z.

Beranjak ke permesinan. Benly S110 memiliki mesin berkapasitas 109 cc dengan 4 langkah 1 silinder yang dipadu dengan pendingin udara. Keunikan dari mesin Benly S110 adalah pemasangannya yang ‘tidur’, atau tidak ‘berdiri’ sebagaimana pada kebanyakan motor ‘laki’. Seperti diketahui model mesin ‘tidur’ pada motor dijumpai pada jenis motor bebek. Namun, Benly S110 memilih model mesin ‘rebahan’, karena mengusung konfigurasi valvetrain di mana motor menggunakan teknologi OHV pushroad dan bukan OHC seperti kebanyakan motor Honda 4 tak.

Motor ini menggunakan karburator untuk memasok bahan bakar yang letaknya tersembunyi di dalam tabung khusus, yang di dalamnya juga terdapat filter udara sebagaimana pada generasi sebelumnya, Honda 90Z. Untuk menyalurkan tenaganya, motor ini menggunakan sistem transmisi manual dengan 4 percepatan.

Bergeser dari spesifikasinya, usut punya usut ternyata Honda Benly memiliki catatan tersendiri dalam sejarah angkutan umum di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Di kedua kota tersebut, pada 1979 lalu, Honda Benly sempat dimodifikasi sebagai angkutan umum dan diberi nama mini car. Bentuknya mirip dengan bajaj oranye dan memiliki 3 roda. Bukan asal ‘ngangkut penumpang’, tetapi Honda Benly yang menjadi angkatan umum ini dipayungi aturan hukum yang sah, yaitu Perda DKI no 8 tahun 1979.

Jika Bajaj berwarna oranye, Honda Benly yang digunakan sebagai angkutan umum itu memiliki warna biru dengan bagian depannya yang masih khas dari Honda Benly. Hanya saja ada bagian lain di belakang untuk penumpang yang bisa memuat 2 hingga 3 orang. Bodi kendaraan terbuat dari plat dan atapnya dari terpal saja, sedang kacanya dari plastik.

Pintu untuk penumpang dibuat dari bagian kiri belakang, sedang bagian kanan dimatikan. Meski sempat menorehkan sejarah penting, sayangnya namanya tak terlalu melegenda. Unit yang tersisa hingga saat ini barangkali tak banyak.

Padahal, ditinjau dari segi kemampuan, motor Honda Benly S110 ini unggul di bahan bakar dan perawatan. Mengusung konfigurasi mesin 4 tak, membuat motor ini tidak ‘rewel’ sebagaimana motor dua tak, artinya perawatannya pun mudah.