Disisi lain, Attias Asril tidak menampik bila ada masalah yang timbul akibat regulasi Euro IV, yang berakibat Isuzu tidak mengembangkan Panther. Karena bila mengikuti regulasi, biaya dan investasinya sangat mahal. Hal tersebut tentu saja akan menpengaruhi harga jual yang tentunya semakin mahal.
Sangat disayangkan mengingat Isuzu Panther sejak generasi pertama dengan kode bodi TBR52, telah memiliki tempat dihati masyarakat.
Isuzu di Indonesia sebelum tahun 1990an lebih banyak menjual truk seperti Isuzu Elf, atau mobil yang direbranding. Apa yang dimaksud dengan rebranding? Rebranding sendiri berasal dari kata Re yang berarti “kembali” dan Branding yang bermakna “penciptaan brand image” secara mendasar menuju kondisi yang lebih baik.
Rebranding merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengubah total atau memperbaharui sebuah brand yang telah ada agar menjadi lebih baik dengan tidak mengabaikan tujuan awal perusahaan, yaitu berorientasi profit. Contohnya adalah Isuzu yang rebranding menjadi Holden atau Chevrolet seperti Gemini dan LUV.
Bagaimana dengan Panther? Lahirnya Panther bukanlah rebranding, namun lebih sebagai upaya Isuzu untuk melawan Toyota Kijang yang cukup sukses, walaupun banyak konsumen yang mengeluhkan penggunaan bahan bakar yang cukup boros. Masalah BBM itulah yang nantinya ditawarkan.
Bicara tentang konsepnya, sebetulnya tak jauh beda dengan dengan Kijang, yaitu sebuah kendaraan yang dapat digunakan sebagai mobil barang maupun penumpang, dengan mesin yang tahan dan awet. Idenya dasarnya berasal dari pickup dan minibus Isuzu Hilander di Filipina.
Untuk penggeraknya, menggunakan mesin dengan kode C223 dengan konfigurasi 4 silinder OHV 8 valve berkapasitas 2238cc indirect injection. Mesin tangguh ini mulai diproduksi sejak akhir tahun 1970an, sama dengan yang digunakan pada Chevrolet LUV dan Trooper diesel.
Mesin ini juga mudah dirawat, selama tidak pernah lupa mengganti filter solar, filter udara dan oli berikut filternya dijamin tidak bermasalah. Konsumsi BBM terbilang irit, 1:12 saat lancar dan 1:10 pada saat macet.
Meski banyak yang mengatakan mesin ini kalah performa dengan mesin Panther 2500cc, karena tenaga yang dihasilkan oleh mesin C223 memang hanya 58Hp, namun terbukti lebih kuat, awet dan bebas masalah. Untuk menyalurkan tenaga dari mesin, Isuzu Panther Kotak TBR52 dilengkapi dengan transmisi manual 5 percepatan.
Setelah membahas mesin dan transmisi, kini bicara bodi. Karena lahir saat booming industri karoseri, pilihan bodi untuk Panther ini cukup banyak. Mulai dari versi karoseri pabrikannya yaitu Astra, yang dibagi menjadi 4 varian tergantung kelengkapan fiturnya. Yaitu (dari termurah ke yang paling mahal): tipe Standard, Total Assy atau Deluxe, Royal dan Hi Grade.
Pilihan lain adalah Panther Sparta dan Miyabi yang terlihat gagah, termasuk model yang meniru desain mobil lain seperti Panther model Suzuki Escudo dan Mitsubishi Pajero.
Selain kelebihan dari Isuzu Panther Kotak TBR52, ada beberapa kelemahannya, utamanya pada kaki depannya yang entah mengapa terasa ringkih, sama seperti penerusnya yang bermesin 2500cc.
Untuk bodi, khususnya versi karoseri banyak keluhan tentang ketersediaan part bodinya, mudah karat dan keropos serta terlalu banyak menggunakan dempul. Khusus untuk daya tahan bodi terhadap karat, juga berlaku pada karoseri pabrikan.
Bagaimana dengan keluhan lainnya? Mayoritas pengguna yang mengatakan bahwa knalpot mobil ini sering menyemburkan asap hitam pekat, berisik serta getaran mesin yang tidak bisa diredam dengan baik.
Sumber: otomotif.kompas.com