Di balik kesuksesannya mendobrak bursa minivan di zamannya, mobil yang sudah berusia lebih dari 30 tahun tersebut ternyata punya sekelumit cerita unik. Bermula dari soal reputasi sebagai varian Kijang bebas dempul pertama, orang-orang menunjuk keberadaan edisi khusus Kijang Grand Extra yang bernama Kijang Soeharto Series.
Kijang Bebas Dempul
Kijang Grand Extra resmi dirilis pada tahun 1992 sambil membawa teknologi Toyota Original Body. Lewat pembuatan bodi menggunakan mesin press dan las titik, Grand Extra lantas dikenal sebagai Kijang bebas dempul pertama. Jika disetarakan untuk urusan bebas dempul, maka kehalusan bodi mobil keluarga jadul satu ini sudah setara dengan sedan yang tergolong mobil mewah.
Sebagai generasi facelift dari Kijang Super, Kijang Grand Extra mengusung desain ekstrior yang lebih dinamis. Letak tangki bensin yang awalnya berada di bawah bemper belakang bergeser ke tengah samping kiri. Sementara, posisi ban serep yang semula diletakan di tengah samping kiri dipindah menjadi di bawah bemper belakang.
Mitos Kijang Soeharto Series
Sampai pertengahan era 1990an, Kijang Grand Extra terus mendapat ubahan. Jantung pacunya meningkat dari 1.500 cc (5K) menjadi 1.800 cc (7K). Tenaga maksimum serta torsinya juga naik pesat dari generasi sebelumnya. Di atas kertas mobil keluarga jadul ini bisa meraih angka 87 hp pada 4.600 rpm dengan torsi puncaknya 140 Nm pada putaran mesin 2.800 rpm.
Layaknya anak emas, Grand Extra kembali mendapat tambahan berupa transmisi otomatis 4 percepatan. Seri terbaru yang dijuluki Toyota Soeharto Series tersebut meluncur bersamaan dengan ulang tahun emas Indonesia di tahun 1995. Menurut rumor yang beredar, harga yang dipatok untuk sebuah seri khusus adalah Rp 100 juta, tiga kali lipat dari harga aslinya.
Pada kenyataannya, Kijang Soeharto Series sebenarnya bukan nama resmi. Unit yang dimaksud adalah Kijang Grand Extra 1.8 yang diberi transmisi otomatis. Periode produksinya juga singkat, hanya 2 tahun sebelum Kijang Generasi Ketiga tiba di pengujung masa produksi pada 1996.