Ia pula yang melakukan pengesahan akan kerjasama tersebut. Penyematan kata kijang tidak hanya sebatas pada singkatannya saja, tetapi juga diharapkan performanya bisa sama lincahnya seperti hewan mamalia bertanduk tersebut.
Awal mulanya sebelum menelurkan produk ini, Toyota memang sudah berkesiapan untuk meracik produk futuristik dengan proyeksi masyarakat dalam jumlah besar. Oleh karenanya, diciptakanlah produk dengan konsep basic utility vehicle. Hal ini sejalan dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia dalam menerapkan konsep pembangunan ekonomi melalui pengembangan motorisasi dan otomotif Indonesia, khususnya melalui konsep Kendaraan Bermotor Niaga Serbaguna (KNBS).
Salah satu kijang yang cukup langka untuk ditemukan di jalanan, tetapi masih kerap diburu adalah Kijang Doyok yang diproduksi pada tahun 1981-1986. Kijang ini merupakan regenerasi dari Kijang Buaya (Toyota KF10) selaku generasi pertama.
Dahulunya kijang ini sangat populer dengan julukan ‘mobil sejuta umat’. Penjualan kijang doyok bahkan mencapai hingga 100.000 unit dalam kurung waktu 5 tahun. Namun kini julukan tersebut harus rela direbut oleh Avanza pada tahun 2004 lalu yang sama-sama besutan Toyota.
Dari segi eksterior, sepintas mobil tersebut memang tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan pendahulunya. Cat mobilnya masih menggunakan teknik dempul disertai sudut bodinya yang nampak tajam. Bagian bonnetnya mengalami pembaharuan seperti pada model kap dan grill-nya. Perubahan ini mengakibatkan kapnya tak bisa dibuka penuh seperti keluaran generasi pertama.
Mobil ini mengusung mesin 4-silinder OHV dengan transmisi 4 percepatan yang mirip seperti generasi sebelumnya. Peningkatan kapasitas mesinnya dilakukan sebanyak dua kali, yang mana pertama kali diperbesar menjadi 4K 1.300 cc, kemudian yang kedua pada tahun 1983 menjadi 5K 1.500 cc. Suspensinya menggunakan double wishbone dengan pegas daun pada bagian depan dan pegas daun under axle yang ditempatkan pada bagian bawah gardan belakang mobil.
Bagian pintu penumpang semakin dipercantik dengan penambatan model pintu mobil pada umumnya. Sangat berbeda dengan kijang buaya yang bentuk pintunya lebih menyerupai pintu rumah. Tak hanya itu, kaca jendela juga mulai dipasangkan, dimana sebelumnya penutup jendela pada kijang buaya hanya berupa gulungan terpal atau plastik saja. Selain itu, engsel dan kunci juga ditambahkan untuk meningkatkan rasa aman.
Perubahan demi perubahan terus mengiringi perkembangan mobil ini. Dimulai dari awal lampu depan yang berbentuk bulat hingga menjelma menjadi bentuk kotak pada tahun 1984. Penempatan lampu depan yang awalnya terletak pada bagian bumper kemudian naik dan mengapit grill dengan tulisan ‘Toyota’.
Banyak orang yang penasaran, mengapa mobil ini memiliki penyelipan kata ‘Doyok’ dalam julukannya. Dilansir dari Otosia.com (13/04/2017), istilah tersebut diperkirakan berasal dari salah satu karakter komik buatan Keliek Siswoyo yang pernah terbit di koran harian Pos Kota pada tahun 90-an.
Karakter tersebut sangat khas karena bagian bibirnya yang mancung. Bentuk moncong kijang dari samping mengingatkan banyak orang akan bibir doyok sehingga julukan kijang doyok mulai akrab diperdengarkan.
Apabila kijang buaya lebih banyak hadir sebagai kendaraan niaga berbentuk pickup, lain halnya dengan kijang doyok yang tersedia dalam bentuk minibus. Untuk membuat bodi minibus, PT Toyota Astra Motor menunjuk beberapa perusahaan karoseri lokal untuk mengeksekusinya.
Toyota KF20 hadir dalam dua varian minibus, yaitu Toyota Kijang Family yang memiliki 3 pintu dengan bukaan bagasi belakang yang mirip dengan minibus Colt T120 karya New Armada. Tipe ini memiliki konfigurasi bangku penumpang 2-2-3 yang menghadap ke depan. Toyota Kijang Family mampu memuat hingga 7 orang penumpang.
Kemudian tipe minibus kedua adalah Toyota Kijang Commando. Berbeda dengan jenis Family, minibus yang satu ini memiliki bukaan pintu dua sisi pada bagian belakangnya. Untuk dua baris kursi pertama, tipe ini memiliki 4 kursi penumpang yang menghadap ke arah depan, sementara bagian kursi paling belakang berhadap-hadapan seperti kursi angkot. Kijang Commando dapat memuat hingga 8 orang penumpang dalam sekali angkut.
Soal perawatan, umumnya para pemilik kendaraan lawas ini tak terlalu khawatir. Pasalnya perawatannya tidaklah terlalu sulit asalkan mobil tersebut sudah memiliki kondisi baik sedari awal. Hal utama yang perlu dilakukan pastinya rutin membersihkan busi dan karburator dengan carburetor cleaner, serta rajin mengganti oli secara berkala.
Untuk masalah penggantian suku cadang dan komponen, ada begitu banyak part yang masih cocok untuk dipasangkan dari generasi kijang berikutnya seperti Innova. Bahkan Toyota juga disebut-sebut masih menjual sejumlah part dari kijang lawas. Selain itu, komunitas untuk mobil kijang lawas juga banyak tersebar di Indonesia. Mengingat usianya yang sudah tak lagi muda, para pemilik disarankan untuk tidak menggunakannya terlalu sering agar kondisinya tetap terjaga.